JAKARTA, brillianjustice.online – Aktor Ammar Zoni kini resmi dipindahkan ke Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, setelah tertangkap menjual narkoba di Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Pemindahan ini menandai babak baru hukuman bagi Ammar, karena Nusakambangan dikenal sebagai penjara dengan tingkat keamanan tertinggi di Indonesia—tempat berkumpulnya narapidana kasus berat seperti pembunuhan, terorisme, dan narkotika.
Pulau ini kerap dijuluki “Alcatraz Indonesia”, merujuk pada penjara legendaris Alcatraz di San Francisco, Amerika Serikat. Sama seperti Alcatraz, Nusakambangan juga terletak di pulau terpencil, terpisah dari keramaian, dan dikelilingi perairan berarus kuat yang membuat pelarian hampir mustahil dilakukan.
Pulau dengan Sejarah Kelam
Secara administratif, pulau ini masuk wilayah Provinsi Jawa Tengah. Sejak era kolonial Belanda, Nusakambangan telah difungsikan sebagai lokasi pembuangan bagi narapidana kelas berat dan tahanan politik. Di sini berdiri sejumlah lembaga pemasyarakatan berusia puluhan tahun seperti Lapas Permisan (1908), Lapas Batu (1925), Lapas Besi (1929), dan Lapas Kembang Kuning (1950).
Beberapa lapas lama seperti Nirbaya, Karang Tengah, dan Gleger kini sudah ditutup, tetapi sisa-sisa bangunannya masih menjadi saksi bisu kelamnya masa lalu Nusakambangan.
Pulau ini bahkan dijuluki “Pulau Kematian”, karena di sinilah banyak terpidana mati menjalani eksekusi. Salah satu titik paling menyeramkan adalah Bukit Nirbaya, lokasi regu tembak menjalankan hukuman akhir di tengah malam.
Keamanan Super Ketat
Penjagaan di Nusakambangan dilakukan oleh aparat bersenjata lengkap. Akses keluar-masuk diawasi ketat dan hanya bisa dilakukan dengan izin resmi dari otoritas lapas. Di beberapa blok tertentu, terdapat sel isolasi bagi napi dengan risiko tinggi.
Bagi masyarakat umum, pulau ini benar-benar tertutup. Satu-satunya akses menuju lokasi adalah melalui Dermaga Wijayakusuma, Cilacap, dengan waktu penyeberangan sekitar 20 menit. Setelah tiba di dermaga, perjalanan dilanjutkan melewati jalan darat menuju kompleks lapas yang menghadap langsung ke Samudra Hindia.
Menurut Prof. Dr. Hibnu Nugroho, ahli hukum pidana dari Universitas Jenderal Soedirman, medan di Nusakambangan tergolong berat dan berbahaya.
“Pulau ini jauh dari keramaian, dikelilingi hutan lebat dan rawa-rawa. Kalau malam, suasananya benar-benar gelap dan sunyi. Di sana banyak ular dan binatang liar,” ujarnya.
Tempat Para Narapidana Kelas Berat
Pulau ini menjadi rumah bagi para narapidana berprofil tinggi, seperti Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra—otak di balik tragedi Bom Bali. Selain itu, ada pula Umar Patek serta duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, yang dieksekusi di pulau tersebut.
Tokoh-tokoh lain yang pernah merasakan kerasnya hidup di Nusakambangan antara lain Tommy Soeharto, dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita, dan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan besar yang pernah ditahan karena tudingan politik.
Alam Liar dan Isolasi Total
Selain dijaga ketat, alam Nusakambangan sendiri menjadi penghalang alami bagi siapa pun yang mencoba kabur. Hutan tropis yang rimbun, rawa penuh buaya, dan ombak besar Samudra Hindia menjadi pengaman tambahan yang menakutkan.
“Kalau ada yang nekat kabur lewat laut, nyawanya bisa melayang. Gelombangnya tinggi dan arusnya sangat kuat,” jelas Prof. Hibnu.
Dengan reputasi sekelam itu, tak heran bila Nusakambangan dijuluki penjara paling menakutkan di Indonesia—tempat di mana kebebasan bukan hanya dibatasi tembok, tapi juga oleh alam yang ganas.(RED.AL)
0 Komentar