Kediri, brillianjustice.online – Di tengah derasnya arus musik pop dan lagu barat, Syahrul Hanafi memilih jalan yang berbeda. Pemuda asal Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, itu mantap menekuni musik tradisional Jawa seperti campursari dan keroncong. Pilihan ini membuatnya sering dianggap berjiwa “jadul”, namun ia tetap teguh melangkah.
Meski tampil dengan gaya khas generasi Z lengkap dengan hoodie, celana longgar, dan sepatu boot hitam, Syahrul tidak pernah ragu untuk menyalurkan kecintaannya pada musik tradisional. Minatnya pada seni tarik suara sudah tumbuh sejak usia tujuh tahun. Ia kemudian semakin mahir setelah aktif sebagai wiraswara sejak duduk di bangku SMP.
Sebagai generasi muda, tak jarang ia mendapat komentar miring dari teman sebaya karena dianggap tidak mengikuti tren. Namun, Syahrul menganggap hal itu sebagai konsekuensi dari pilihannya. Baginya, melestarikan musik Jawa adalah hal mulia yang tidak semua orang mau lakukan.
Selain dikenal sebagai wiraswara, Syahrul juga pernah meraih prestasi sebagai penyiar radio termuda se-Jawa Timur ketika masih bersekolah di SMK. Ia kerap dipercaya menjadi MC di berbagai acara penting. Kemampuannya itu ia asah secara otodidak, tanpa latar belakang keluarga seni. Dari empat bersaudara, hanya dirinya yang menekuni dunia tarik suara.
Bakatnya membuat salah satu agensi musik di Jawa Timur meliriknya, hingga ia berkesempatan duet dengan penyanyi populer Happy Asmara membawakan lagu “Rungkad”. Pengalaman itu menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan kariernya.
Tidak berhenti di sana, Syahrul juga mendapat kesempatan belajar langsung musik keroncong dari maestro Sundari Soekotjo melalui program Belajar Bersama Maestro (BBM). Dari situ ia memahami bahwa keroncong memiliki pakem yang ketat dan berbeda dengan campursari yang lebih bebas. Meski sulit, tantangan itu justru semakin memotivasi dirinya.
Kini di usia 24 tahun, Syahrul terus menajamkan kemampuannya. Ia menargetkan bisa membawakan musik keroncong di panggung internasional sekaligus menunjukkan bahwa generasi muda tetap bisa tampil modern tanpa meninggalkan akar budaya Jawa.(red.al)
0 Komentar