Jakarta, brillianjustice.online  — Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, resmi melantik sejumlah pejabat negara di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/8/2025). Salah satu yang dilantik adalah Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, yang dipercaya sebagai Kepala Badan Industri Mineral.

Pembentukan lembaga baru ini memiliki mandat strategis, yakni mengelola potensi mineral penting Indonesia, termasuk logam tanah jarang (rare earth element/LTJ) dan mineral strategis lain yang memiliki peran vital dalam industri pertahanan dan energi.

Pengangkatan Brian Yuliarto tersebut didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 77P Tahun 2025 tentang Pengangkatan Kepala Badan Industri Mineral.

“Badan ini nantinya akan mengelola material strategis yang terkait erat dengan industri pertahanan. Mineral tersebut sangat penting untuk kedaulatan bangsa dan diharapkan dapat memberikan dampak besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Brian usai pelantikan di Istana Negara, Selasa (26/8/2025).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menambahkan bahwa lembaga ini akan difokuskan untuk mengelola riset dan industri mineral strategis sehingga memberikan nilai tambah bagi negara.

“Logam tanah jarang adalah mineral kritis dengan nilai ekonomi tinggi. Dalam kebijakan ini, bahan bakunya tetap dikuasai negara. Nantinya, pengelolaan dilakukan oleh Badan Industri Mineral dengan tata kelola tersendiri,” tegas Bahlil.

Potensi Logam Tanah Jarang Indonesia

Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi logam tanah jarang Indonesia cukup besar dan tersebar di beberapa wilayah, di antaranya Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Sulawesi. Dari 28 lokasi yang teridentifikasi, baru sekitar 30% yang telah dieksplorasi awal, sementara sisanya belum dioptimalkan.

Beberapa jenis LTJ yang telah dipetakan meliputi Monasit, Xenotime, Zirconium silicate, Ferrotitanates, hingga hasil ikutan dari pengolahan bijih nikel laterit.

  • Bangka Belitung tercatat memiliki sumber daya LTJ terbesar, yaitu lebih dari 181 ribu ton monasit.

  • Kepulauan Riau memiliki sekitar 2.268 ton.

  • Kalimantan Barat menyimpan potensi hingga 1.175 ton.

Selain itu, LTJ juga ditemukan pada sisa pengolahan bauksit, pasir zirkon, bijih nikel, hingga abu batubara.

Mineral Strategis untuk Pertahanan

LTJ dikenal memiliki 17 unsur penting seperti neodymium, praseodymium, dysprosium, yttrium, dan scandium, yang digunakan untuk pembuatan teknologi pertahanan, termasuk sonar, radar, hingga sistem optik militer.

Dengan terbentuknya Badan Industri Mineral, pemerintah berharap pengelolaan mineral kritis tersebut tidak hanya memperkuat kemandirian pertahanan nasional, tetapi juga mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.(RED.AL)