Kediri, brillianjustice.online  – Pesan Presiden Pertama RI, Soekarno, “Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah” kembali digaungkan dalam gelaran Museum Exhibition 2025. Agenda ini akan berlangsung selama tiga hari, 29–31 Agustus 2025, di Taman Sekartaji Kota Kediri.

Pameran ini menghadirkan sejumlah museum dari berbagai daerah di Jawa Timur dengan menampilkan koleksi mulai dari era prasejarah hingga masa pra-kemerdekaan. Salah satunya, Museum Daerah Kabupaten Tulungagung atau yang lebih dikenal sebagai Museum Wajakensis.

Museum yang berdiri sejak 1996 ini akan memamerkan koleksi andalannya, seperti replika tengkorak Homo Wajakensis. Fosil manusia purba dari spesies homo sapiens tersebut pertama kali ditemukan di kawasan karst Tulungagung Selatan pada tahun 1888. Selain itu, museum ini juga membawa koleksi lain, di antaranya jaladwara (saluran air kuno di situs petirtaan), arca Durga Mahesasuraarca Buddha, uang kuno, hingga berbagai artefak bersejarah lainnya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Kediri, Zachrie Ahmad, menuturkan bahwa acara ini mengusung tema Kolaborasi Menuju Kota Kediri MAPAN.

“Pameran ini menjadi ruang kolaborasi yang mempertemukan berbagai museum sekaligus memperkenalkan koleksi bersejarah kepada masyarakat. Tidak hanya dari Kediri, tapi juga dari luar daerah,” jelas Zachrie.

Tercatat ada delapan museum yang ikut serta, di antaranya Museum Song Terus (Pacitan), Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian UNAIR (Surabaya), Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari (Jombang), Museum Daerah Tulungagung, Museum Penataran (Blitar), Museum Anjuk Ladang (Nganjuk), Museum Sri Aji Jayabaya (Kabupaten Kediri), serta Museum Airlangga (Kota Kediri).

Selain museum, terdapat pula enam komunitas dan kolektor sejarah yang akan meramaikan pameran. Zachrie berharap kegiatan ini mampu memperluas wawasan masyarakat tentang sejarah dan budaya lokal, sekaligus mengangkat potensi warisan budaya Kediri.

“Kami ingin potensi sejarah dan budaya yang tersimpan di berbagai komunitas ikut diperlihatkan kepada publik. Dengan begitu, koleksi-koleksi bernilai sejarah ini dapat semakin dikenal dan diapresiasi masyarakat,” pungkasnya.(red.al)